"Project creator ini belum melakukan verifikasi atau masih sedang dalam proses verifikasi. Silakan donasi jika Anda kenal dengan project creator." Rp. 0 Rp. Target Share ke - Setiap tindakan 'Share' sangatlah berarti! Mari bersama-sama membangun harapan. Kami sangat membutuhkan uluran tangan orang-orang yang berhati baik terhadap sesama umat ciptaan Tuhan dalam hal melanjutkan pembangunan Rumah Tuhan di tempat ini. Disclaimer Informasi yang tertulis di halaman ini adalah milik project creator dan tidak mewakili GOBlessing - Informasi belum tersedia - Jika Anda mengenal pemilik project ini dan mengetahui kebenaran dari project ini, Anda dapat memberikan dukungan untuk membantu pemilik project meningkatkan kepercayaan sehingga dapat dengan segera mencapai target projectnya. Silahkan klik tombol dibawah ini untuk mengisi kolom pendukung. Masuk Penerima Donasi 0 Giver Urutkan Berdasarkan pemberian terakhir diberikan oleh donatur Berdasarkan pemberian terbesar yang diberikan oleh donatur Belum ada yang pertama! Terverifikasi Project ini telah melewati proses verifikasi GOBlessing. Kunjungan Lokasi Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut. Kunjungan Staff Team GOBlessing telah mengunjungi lokasi project ini. Terhubung Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan XXXXXX
KhotbahHUT 71 tahun GMIH Saudara-saudara Jemaat yang dikasihi Tuhan.. Hari ini, kita selaku persekutuan orang-orang percaya di lingkungan pelayanan Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH), merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) gereja kita GMIH yang ke-71 tahun. Sebuah perjalanan panjang telah kita lewati bersama dalam suka dan duka.SULTENG, Sinode ke-47 Gereja Kristen Sulawesi Tengah GKST terasa lebih istimewa, karena hampir bertepatan dengan HUT ke-74 GKST, yang jatuh pada 18 Oktober 2021. Demikian diungkapkan Pdt. Em Onesimus Kambodji, dalam khotbah ketika memimpin ibadah pembukaan Sidang Sinode ke-47 Gereja Kristen Sulawesi Tengah di Gedung Pesparawi, Beteleme, Morowali Utara 11/11/2021. Sidang Sinode kali ini diikuti 500 an peserta yang dibagi dalam empat gedung gereja terdekat dengan Gedung Pesparawi, yang dihubungkan dengan fasilitas teknologi zoom meeting, guna menaati ketentuan protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19. Sidang kali ini memiliki empat agenda pokok yakni evaluasi laporan pertanggungjawaban Majelis Sinode periode 2016-2021, Amandemen Tata Gereja, Penyusunan Program 2021-2026 dan Pemilihan Majelis Sinode masa bhakti 2021-2026. Ketua Panitia Sidang, Krispen H. Masu dalam laporannya mengatakan bahwa tema Sidang Sinode ke-47 GKST, diambil dari ayat Alkitab Wahyu 2212-13, yakni “Aku adalah yang awal dan yang akhir”, sedangkan sub tema adalah “hanya dengan berharap pada Allah yang membebaskan serta memulihkan, GKST senantiasa memperjuangkan keadilan, keamanan, kesehatan dan kesejahteraan”. Sidang Sinode ke-47 GKST dibuka Gubernur Sulteng yang diwakili Asisten III Setdaprov, Moeljono, dan juga dihadiri sejumlah Bupati. Selain Bupati Morowali Utara, Delis J. Hehi sebagai tuan rumah, hadir juga sejumlah kepala daerah yang wilayahnya terdapat Gereja GKST, yakni Bupati Poso, Verna Inkiriwang, Bupati Sigi, Moh. Irwan Lapatta, Wabub Sigi, Samuel Y. Pongi, serta Bupati Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Budiman. Juga hadir tokoh-tokoh gereja seperti Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia PGI Wilayah Sulut, Gorontalo dan Sulteng, Ketua Bamag Provinsi Sulteng Lucky Semen yang juga anggota DPD RI, Kepala Bidang Bimas Kristen Kanwil Kemenag Provinsi Sulteng dan Pembimas Kristen dari sejumlah kabupaten serta Ketua MUI Kabupaten Morowali Utara. Hadir pula Ketua Tim Penyusunan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Bahasa Daerah Mori, Pdt. M. Tomana. GKST sudah memberikan konstribusi nyata Dalam sejarah perjalannya selama 74 tahun kehadirannya, GKST telah memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional, bukan hanya di bidang spiritual keagamaan, tetapi juga pendidikan dan kesehatan. “GKST melalui yayasannya, memiliki sekolah-sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMU serta perguruan tinggi. Juga memiliki rumah sakit untuk melayani kesehatan masyarakat,”. Demikian diungkapkan Bupati Morowali Utara Dr. dr. Delis Julkarson Hehi dalam sambutannya. Lebih jauh Delis mengungkapkan bahwa lewat Sidang Sinode ke-47 ini, GKST akan terus menunjukan eksistensinya dalam pembangunan manusia Indonesia, serta memberi kontribusi nyata bagi Sulteng dan Indonesia. GKST lewat sidang sinode, akan terus menunjukkan eksistensi dalam memberi pelayanan kepada bangsa dan negara. Bagian lain, Ketua Majelis Sinode GKST, Pdt. Jetroson Rense, yang akan segera demisioner, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan Sidang Sinode ke-47. Pengurus Sinode GKST 2021-2026 Dalam sidang ini terpilih sebagai pengurus Sinode GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH Periode 2022-2026 sebagai berikut Ketua Umum Pdt. Djadaramo Tasiabe, Ketua 1 Pdt. DR. Tertius Lantigimo, Ketua 2 Pdt. Robinson Perutu, Sekretaris Umum Pdt. Jetroson Rense, Wakil Sekretaris Pdt. Elieser Meringgi, Bendahara Umum Pdt. Maisuri Botilangi, Wakil Bendaraha Pdt. Nurna Tokede, BPP GKST Periode 2021-2026 Ketua Pdt Abisai Sigilipu, Sekretaris Pnt BJS Tuwuntjaki dan anggota Pdt. Yuko Kombuno. Pewarta Aleksander Mangoting Post Views 683 Marilahkita bersama-sama memperbaharui komitmen menggunakan segenap potensi, kemampuan pribadi kita untuk membangun jemaat Tuhan baik dalam bidang pelayanan, penatalayanan dan pembangunan serta dalam relasi atar sesama anggota gereja. Imanuel. Sumber: FHK KGPM KHOTBAH MINGGU KE 4 JUNI. khotbah kristen
Minggu Biasa Bulan Pembangunan GKJW Stola Hijau Bacaan 1 Yeremia 23 23 – 29 Bacaan 2 Ibrani 11 29 – 12 2 Bacaan 3 Lukas 12 49 – 56 Tema Liturgis Iman menjadi Dasar Tanggung Jawab Umat dalam Pembangunan Gereja Tema Khotbah Pengharapan adalah Wujud Iman yang Tak Lekang oleh Penderitaan Penjelasan Teks Bacaan Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah Yeremia 23 23 – 29 Nabi Yeremia hidup pada masa yang sulit. Di dalam negeri, bangsa Israel sedang dilanda perpecahan yang hebat. Bagian Selatan yang dikuasai keturunan Daud tetap mempertahankan Yerusalem sebagai ibukotanya. Bagian Selatan ini kemudian dikenal sebagai kerajaan Yehuda. Sementara di wilayah Utara para penentang keluarga Daud mulai menjadikan Samaria sebagai ibukota baru bagi golongan mereka. Wilayah Utara ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Israel. Sedangkan di sekitar negeri mereka itu bangsa-bangsa besar saling berebut pengaruh. Sisa-sisa kerajaan Asyur yang sempat menguasai kawasan Israel Raya masih berusaha untuk bertahan di sisi Utara yang berbatasan dengan Asia Kecil, maupun di sisi Barat Daya yang menjorok ke arah Mesir. Sedangkan kerajaan Babel dengan cepat melebarkan sayap kekuasaannya dari sisi Timur Laut wilayah Palestina sampai bagian tengah jasirah Arab. Bahkan pada zaman Yeremia itu kekuatan Babel sudah berhasil menguasai kerajaan Yehuda yang sedang seru-serunya bertengkar dengan saudara sebangsanya itu. Sementara dari wilayah Timur kawasan Mesopotamia juga sedang tumbuh kerajaan baru yang tidak kalah ganasnya dan terus membesar yaitu Persia. Jadi baik di luar maupun dalam negeri situasinya sedang sangat buruk. Siapapun yang memiliki niat jahat dan mempunyai kekuatan, mudah merasa mendapat kesempatan luas untuk mencurangi sesama demi keuntungan diri sendiri. Bahkan nabi-nabi palsu juga bermunculan untuk turut mengail di air keruh. Pada suasana masyarakat yang kacau balau seperti itulah Yeremia berseru-seru mengingatkan dan memberi pengharapan besar kepada penduduk Yehuda supaya mereka tidak jatuh ke dalam keputus-asaan yang mendalam terus-menerus, lalu mencari jalan selamat sendiri-sendiri. Ia mengingatkan bahwa umat Yahudi harus waspada dan peka supaya tidak mudah diperdaya oleh orang yang berpura-pura mau menolong tetapi malah menjerumuskan, terutama oleh nabi-nabi palsu yang sibuk berkeliaran mencari mangsa. Yeremia mengingatkan bahwa penderitaan yang mereka alami itu bukan berarti Tuhan sedang jauh dari mereka. Tak habis-habisnya ia menyadarkan umat Yahudi bahwa Tuhan sebenarnya tidak berjarak dengan mereka, karena kehadiran Tuhan memenuhi setiap ruang dan celah di manapun mereka berada. Umat Yahudi diminta untuk tetap bersandar kepada Tuhan yang akan menjadi Penyelamat Sejati bagi mereka, karena Tuhanlah yang akan menolong menyelesaikan perkara yang sedang menghimpit mereka. Ibrani 11 29 – 12 2 Meskipun terpaut jarak waktu ratusan tahun dari masa hidup Yeremia, penulisan surat Ibrani rupanya di latar belakangi oleh kekacauan masyarakat yang tak kalah hebatnya. Komunitas-komunitas Kristen yang baru lahir di kawasan Timur Tengah pada waktu itu diburu dan dikejar-kejar untuk dibantai laksana binatang buruan Ibr. 1135-38 sampai mereka harus mengembara untuk bersembunyi di tempat-tempat terpencil. Kekaisaran Romawi yang sedang berkuasa tidak memberikan perlindungan kepada mereka, bahkan pada banyak kasus mereka dimanfaatkan sebagai korban penyiksaan pada arena-arena pertunjukan demi menghibur masyarakat luas. Penguasa jelas melakukan pembiaran atas terjadinya penganiayaan luas terhadap umat Kristiani zaman itu. Tidak bisa dihindari kalau kemudian situasi ini semakin melemahkan iman sebagian besar para pengikut Kristus. Hati mereka menjadi dingin, apatis, dan kehilangan harapan, karena merasa tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk menolong atau sekedar mengurangi kesengsaraan mereka sehari-hari. Nyali mereka semakin merosot sehingga jumlah merekapun semakin berkurang, karena berusaha mencari selamat di tempat lain atau di keyakinan lain. Rasa percaya diri mereka benar-benar habis. Itulah sebabnya penulis Ibrani terus berusaha mengobarkan iman mereka yang mulai padam dengan cara mengingatkan kembali akan iman para nenek moyang dan leluhur mereka di masa lampau yang juga mengalami masa-masa sengsara seperti mereka. Tak henti-hentinya penulis surat Ibrani ini mengingatkan para pengikut Kristus akan riwayat para pendahulu yang tak kalah susahnya, tetapi tidak sampai kehilangan pengharapan akan pertolongan Tuhan. Pengharapan yang tiada habisnya inilah yang kemudian menghidupi iman para leluhur itu, sehingga berani menyongsong kematian dalam keyakinan yang teguh akan datangnya pertolongan Tuhan bagi anak cucu dan keturunan mereka. Iman yang dihidupi oleh para leluhur dari masa lampau itu telah menembus ruang dan waktu. Inilah yang telah membawa mereka ke dalam keselamatan, walaupun mereka belum melihat Sang Penyelamat itu sendiri tiba. Besarnya pengharapan dan iman itu telah mengarahkan mereka untuk melakukan perkara-perkara besar di masa lampau, yaitu berjalan terus menuju keselamatan kekal. Inilah yang seharusnya diwarisi oleh Para Pengikut Kristus sebagai bekal menghadapi penderitaan yang sedang mereka alami di tengah runtuhnya tatanan moral masyarakat zaman Romawi saat itu. Lukas 12 49 – 56 Injil Lukas ini ditulis sezaman dengan penulisan surat Ibrani, yaitu sekitar generasi kedua masa awal umat Kristen. Artinya situasi konteksnya sama. Hanya saja surat Ibrani ini mencakup sebaran umat Kristen di kawasan yang cukup luas, misalnya dengan menyebut “saudara-saudara di Italia” Ibr. 1324, sedangkan Injil Lukas ini secara tegas ditujukan kepada Teofilus Luk. 11-3. Muatan kisah Injil Lukas adalah peristiwa pelayanan Tuhan Yesus yang berjarak beberapa puluh tahun sebelum penulisannya. Kalau menurut tradisi gereja yang didasarkan pada catatan Hippolitus 170-235 Masehi yang berjudul “Mengenai Tujuh Puluh Rasul Kristus” On The Seventy Apostles of Christ, maka Lukas si penulis Injil ini adalah salah satu dari antara ketujuh puluh murid Yesus Luk. 101. Hippolitus ini murid Ireneus. Ireneus adalah murid Polikarpus. Polikarpus adalah murid dari Yohanes salah seorang dari kedua-belas murid Tuhan Yesus. Sosok Teofilus yang disebut pada permulaan Injil Lukas itu sendiri juga samar, apakah ia ini adalah seseorang ataukah sebutan samaran untuk kumpulan orang-orang yang mengasihi Allah, sebab arti kata Teofilus itu sendiri adalah mengasihi Allah. Akan tetapi siapapun atau apapun Teofilus itu, ia adalah orang yang mengenal dan mengasihi Allah. Sangat besar kemungkinannya bahwa Teofilus itu adalah seorang pengikut Kristus yang berada di tengah konteks penganiayaan atas umat Kristen pada zaman Kekaisaran Romawi. Bedanya dengan surat Ibrani di atas adalah Lukas menggunakan kisah hidup Tuhan Yesus Kristus untuk menghibur dan menguatkan hati para pengikut Kristus zaman itu, supaya mereka tidak kehilangan harapan di tengah situasi yang sangat tidak nyaman itu. Dalam perikop kita kali ini malah dipertajam bahwa penderitaan yang saat itu dialami merupakan konsekuensi sementara akibat pilihan mereka untuk tetap mengikut Sang Kristus. Itu adalah proses yang harus mereka lewati sebagai pengikut Kristus yang akan menerima baptisan, yaitu pengakuan dari Tuhan Allah sendiri atas keterpilihan mereka sebagai pengikut-pengikut sejati-Nya Luk. 1249. Sebelum “baptisan” itu mereka terima, mereka juga lebih dulu akan menerima kesusahan, seperti yang telah dialami oleh Kristus sendiri. Oleh karena itu, mereka harus benar-benar waspada sebab yang akan memusuhi mereka justru orang-orang yang dekat dengan mereka, akibat dari pilihan mengikut Kristus tersebut. Mereka diharapkan tidak kendor semangat, melainkan tetap mengusahakan perdamaian dengan siapapun Luk. 1259 agar bisa bertahan dan akhirnya keluar dari segala kesusahan itu. Benang Merah Tiga Bacaan Ketiga perikop bacaan kita diberitakan dalam konteks ketidak-pastian di tengah penderitaan. Situasi ini seringkali menjadi kendala utama umat Tuhan di dalam menerapkan imannya. Bahkan lebih dari itu, yaitu memerosotkan kualitas iman mereka dan tak jarang bermuara pada keputusan untuk meninggalkan iman kepada Tuhan. Umat yang terperangkap dalam situasi zaman yang demikian itu tentu membutuhkan dukungan untuk menguatkan hati dan meneguhkan iman mereka agar tidak turut tenggelam ke dalam jurang penderitaan tersebut. Terlebih dukungan itu merupakan dorongan bantuan untuk menghidupkan kembali harapan yang hampir padam. Harapan dan iman adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan satu sama lain. Iman tidak mungkin bisa bertahan ketika tidak ada harapan. Harapan sendiri akan menjadi pupus apabila iman akan adanya keselamatan setelah penderitaan itu tidak terpelihara dengan baik. Dan pada akhirnya, harapan dan iman akan menguat apabila dinyatakan dalam perbuatan kasih. Rancangan Khotbah Bahasa Indonesia Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing Pendahuluan Jika kita kembali ke zaman nenek moyang GKJW pada saat penjajahan Jepang tahun 1941 – 1945 bisa dibayangkan bagaimana rasa ketidak-pastian melanda mereka di tengah tekanan kekuatan asing. Rasa was-was, kuatir, dan ketakutan menghantui mereka nyaris setiap hari, terlebih ketika tentara-tentara Jepang menyita Alkitab milik warga jemaat yang dianggap sebagai dokumen peninggalan penjajah Belanda yang sudah diusir oleh Jepang dari bumi pertiwi. Banyak leluhur kita yang terpaksa menyembunyikan Alkitab dengan cara membungkusnya dengan kain, memasukkannya ke dalam kaleng atau peti, lalu menguburnya di kebun-kebun belakang rumah. Hasil pertanian mereka dirampas. Apabila terjadi kelangkaan beras maka penduduk terpaksa makan gaplek, yaitu hasil pengawetan berbahan dasar singkong. Sedangkan harga kain yang mahal memaksa mereka membuat pakaian dari bahan karung goni yang bisa menimbulkan gatal-gatal pada kulit, terlebih yang kulitnya sensitif. Belum lagi timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan cara hidup yang tidak sehat, karena kebutuhan sehari-hari serba berharga sangat mahal. Pada zaman seperti itu orang didesak untuk mencari jalan keluar sendiri-sendiri supaya bisa tetap bertahan hidup. Yang kaya enggan berbagi sebab belum tentu penderitaan itu cepat berlalu dan persediaan mereka belum tentu mencukupi untuk sampai kepada zaman yang lebih baik. Yang miskin didera rasa putus asa, karena tak ada lagi yang bisa diharapkan, kalaupun mereka memiliki sawah, ladang atau ternak, hasilnya akan dirampas oleh para penjajah. Belum lagi ketika mereka dijebloskan ke dalam romusha, kerja paksa dengan upah yang teramat sangat kecil. Sehingga demi bertahan hidup mereka dipaksa tega mengkhianati bangsanya, koleganya bahkan keluarganya sendiri. Orang saling mencurangi, main intrik dan menjarah satu sama lain demi sesuap nasi. Tidak ada yang bisa selamat dari penderitaan besar itu. Bahkan GKJW-pun terpaksa terbelah menjadi dua kubu, yaitu Majelis Agung MA yang berkedudukan di Malang versus Raad Pasamuwan Kristen RPK yang berkedudukan di Surabaya. Banyak berjatuhan korban akibat pertikaian itu dan beberapa pendeta GKJW terbunuh di ruang tahanan markas tentara Jepang. Isi Apa yang kita alami pada zaman sekarang ini mungkin tidak seburuk zaman Jepang ketika kebutuhan-kebutuhan pokok sulit didapatkan, ketika ibadah dan membaca Kitab Suci dilarang. Tetapi apakah dengan demikian lalu berarti zaman sekarang baik-baik saja? Tentu tidak semudah itu kita menjawabnya iya atau tidak. Setiap zaman mempunyai kesusahannya sendiri. Kalau pada zaman Jepang dulu kita diperhadapkan pada masalah kelangkaan kebutuhan pokok dan penyakit yang menyertainya adalah beri-beri serta busung lapar, maka zaman sekarang ini kita diperhadapkan pada masalah membludaknya kuliner dan penyakit yang menyertainya adalah diabetes serta kerusakan ginjal. Pada masa sekarang ini orang diperhadapkan pada pilihan menu kuliner yang luar biasa sampai melampaui kemampuan nalar untuk memilih, sehingga banyak orang tergelincir melakukan pemilihan atas dasar keinginannya, bukan atas dasar kebutuhannya. Kalau pada zaman Jepang dulu GKJW sempat terpecah menjadi dua kubu antara MA GKJW dan RPK karena berbeda pandangan dalam cara mempertahankan persekutuan di bawah tekanan berat penjajahan Jepang, maka sekarang ini warga GKJW terpecah ke dalam individu-individu di bawah desakan teknologi smartphone yang membuat masing-masing orang sibuk dengan dirinya sendiri. Kalau waktu itu umat GKJW dilarang beribadah dan membaca Alkitab, maka zaman sekarang umat GKJW mengalami kebingungan yang dalam untuk memilih ibadah online mana yang akan diikuti. Keberlimpahan informasi bukan berarti memudahkan umat beriman, tetapi malah membuat umat beriman tidak tahu lagi jalan mana yang akan ditempuh serta petunjuk rohaniwan mana yang akan diikuti. Kelangkaan maupun keberlimpahan yang berlebihan sama-sama merapuhkan iman umat, bahkan memecah-belah umat percaya menjadi serpihan-serpihan. Tingkat ketidak-pedulian satu terhadap yang lain meningkat tajam. Ini adalah celah peluang yang semakin terbuka dan mudah dimanfaatkan para pelaku kejahatan. Kasus perampokan atau kecelakaan ngeri di suatu tempat menjadi bahan hiburan bagi banyak penikmat Youtube di berbagai tempat. Keinginan menjadi kaya secara cepat dan mudah merasuki banyak kalangan, karena godaan iklan maupun propaganda kacangan telah membuai orang per orang. Kepalsuan merajalela untuk menyamarkan kekurangan. Nyaris semua orang ingin selalu tampak sempurna, maka kesibukannya bergeser menjadi tukang poles penampilan, menggelorakan pencitraan diri, tapi sambil menyembunyikan keminderan, menyembunyikan hutang yang bertumpuk, menyembunyikan kegagalan dan segala yang buruk. Orang mengidamkan jabatan tinggi walaupun kemampuan rendah. Transaksi jabatan, transaksi ijazah, transaksi surat-surat lisensi, marak terjadi di depo-depo yang seharusnya menjunjung tinggi martabat kemanusiaan ciptaan Tuhan. Sementara di radius wilayah yang masih berdekatan, banyak orang tersiksa tanpa kepedulian dari siapapun. Orang-orang kere mempertaruhkan hidupnya mengais-ngais rejeki di antara sampah yang terus menggunung. Gadis-gadis dan perempuan-perempuan muda diperjual-belikan layaknya binatang yang ngilu dibawa ke rumah penjagalan dengan tanpa harapan. Banyak anak yang kehilangan masa kanak-kanaknya karena diteror rasa ketakutan akibat dari tindak kekerasan dalam rumah tangga KDRT yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri ataupun oleh pembantu rumah tangga yang stress akibat tekanan pekerjaan dan tuntutan keinginan yang berlebihan. Siapa yang mempedulikan mereka? Siapa yang mau membantu membangun asa di dalam hati mereka? Apakah yang sudah gereja lakukan untuk melegakan dan membebaskan mereka? Inilah saatnya Yeremia-yeremia modern dan Lukas-lukas milenial mewartakan pengharapan nyata kepada mereka. Bukan hanya melalui khotbah di mimbar-mimbar, tetapi juga melalui tindakan-tindakan nyata di latar-latar gereja yang dibuka lebar bagi kehadiran mereka yang lapar, bagi mereka para sundal yang rindu menjadi halal, bagi mereka kaum lemah yang berharap menjadi kuat. Sekaranglah saatnya GKJW berkiprah membenahi motivasi-motivasi kehidupan yang hilang orientasi. GKJW berkolaborasi dengan berbagai instansi untuk menepis berbagai tragedi negeri. Harapan dan iman itu membutuhkan realisasi, bukan sekedar menjadi materi khotbah yang hanya bagian dari pertunjukan liturgi. Kita tidak sedang pamer pertunjukan penuh atraksi, melainkan aksi-aksi suci yang bernas dan berisi dimana kita menjumpakan warga jemaat dan masyarakat dengan Sang Kristus sendiri di dalam keterlibatannya yang penuh misteri. Disinilah harapan dan iman itu berkelindan memperbarui motivasi, memberikan inspirasi, dan mendorong aksi suci. Penutup GKJW tidak perlu lagi berhadapan dengan penjajah dari seberang negeri, namun kini GKJW berhadapan dengan cermin yang menampilkan tampang kita sendiri. Mari kita menimbang-nimbang lagi sejauh mana perjalanan hidup ini telah kita tanggung-jawabi? Jangan-jangan selama ini kita telah dilenakan oleh kenyamanan diri dan sibuk mengupayakan keamanan diri, sehingga melupakan kenyataan sekitar yang tengah terjadi. Cukup ini sajakah pengharapan dan iman yang sudah kita hidupi? Atau masih banyak tanggung-jawab yang sedang kita hindari dengan cara merawat berbagai mimpi yang tiada pernah akan terjadi? Mari iman dan pengharapan itu terus kita bagi supaya menjadi realisasi karena di sana itulah Sang Kristus sedang menanti. Tak perlu ragu-ragu lagi, karena kita pasti bisa menangani oleh tuntunan Kristus sendiri, entah lewat UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah, lewat kelompok Nelayan, lewat kelompok Tani, lewat perkebunan kopi, lewat tanggul bencana yang kita tekuni, lewat kelompok PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, lewat pembentukan dan operasional lembaga anti pemaksaan kerja anak usia dini, lewat semua celah yang bisa kita garap dengan penuh bakti untuk membangkitkan harapan dan mengokohkan iman umat milik Yang Mahatinggi. Amin. [CBPA]. Pujian KJ. 445 1 – 3 Harap Akan Tuhan — Rancangan Khotbah Basa Jawi Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak Pambuka Menawi kita wangsul malih dhateng jaman leluhuripun GKJW nalika katindhes bangsa Jepang ing taun 1941 – 1945, saged dipun bayangaken kados pundi pangraos ingkang boten pasti njalari para sesepuh kalawau ing satengahing panidhesing panguwaos manca. Raos mamang, kuwatos, lan ajrih meh saben dinten dipun alami, punapa malih nalika tentara Jepang ngrampas Kitab Suci kagungane warganing pasamuwan. Ing pundi Kitab Suci punika dipun anggep dokumen tilaranipun penjajah Walanda ingkang sampun katundhung dening Jepang saking tanah air ngriki. Kathah leluhur kita ingkang kepeksa ndhelikaken Kitab Suci kanthi dibungkus kain, dilebetaken ing kaleng utawi pethi alit, lajeng dipendhem ing kebon wingking griya. Hasil tetanen sami karampas. Nalika paceklik wos, para sepuh kepeksa dhahar gaplek, ingkang dipun damel saking kaspe aking. Sawetawis punika, reginipun kain kang awis meksa para swargi sami ngagem sandhangan kang kadamel saking karung goni, tamtu kemawon punika ndumugekaken raos gatel kados bidhuren ngaten, punapa malih menawi kulitipun sensitif. Dereng malih wontenipun pageblug ingkang dipun jalari dening tata gesang ingkang boten sehat, amargi kabetahan padintenan boten saged katumbas awit saking awisipun regi. Ing wekdal punika, kathah tiyang ingkang kepeksa pados gesang lan kawilujengan piyambak-piyambak. Tiyang sugih sansaya medhit awit boten saged nyumerepi kasangsaran punika taksih badhe kalampahan ngantos kapan. Tiyang mlarat mpun kadhung kebacut ngalup manahipun, amargi sampun boten wonten malih ingkang dipun ajeng-ajeng, amargi sok sintena kemawon sanajan gadhah sabin, pekawisan utawi raja kaya, asile mesthi karebut dening penjajah. Dereng malih menawi kakintun dhateng romusha, pengruda peksa mawi upah ingkang sekedhik sanget. Amrih slamet’e mila lajeng kepeksa sawetawis tiyang laku khianat tumrap bangsanipun piyambak, mitranipun lan malah brayatipun piyambak. Sansaya kathah ugi ingkang sami jahat dalah rerayahan tumrap sesaminipun namung supados saged nedha. Boten wonten penduduk ingkang saged endha saking kasangsaran ageng punika. Malah GKJW piyambak ngantos crah dados kalih perangan, inggih punika Majelis Agung MA ingkang mapanipun wonten Malang lawan Raad Pasamuwan Kristen RPK ingkang wonten ing Surabaya. Kathah tiyang ingkang kepeksa pejah dados tumbaling konflik punika lan malah sawetawis pandhita GKJW kepeksa ngalami seda ing ruang tahanan markas-markas tentara Jepang. Isi Punapa ingkang sami kita alami samangke saged ugi boten ngantos nemahi pakewet kados rikala jaman Jepang rumiyin, ing pundi kabetahan padintenan pancen ewet dipun angsalaken. Boten ngantos nyusahaken kados nalika dipun penging ngabekti lan anggegilut Kitab Suci. Nanging punapa punika ateges jaman samangke linangkung sae? Mesthi kemawon boten gampil mangsuli pitakenan punika mawi wangsulan inggih utawi mboten. Saben jaman anggadhahi masalahipun piyambak. Menawi ing jaman Jepang kita ngadhepi masalah kekirangan bab kebutuhan padintenan lan penyakit ingkang ngiringi inggih punika kados ta beri-beri lan busung lapar, samangke kita ngadhepi masalah lumebering kuliner lan penyakit ingkang ngiringi punika diabetes dalah karusakan ing ginjel. Ing mangsa samangke kita sami ngadhepi pilihan menu kuliner ingkang kalangkung-langkung cacahipun ngantos anglangkungi kasagedan kita anggenipun badhe milih, mila kathah tiyang ingkang miji adhedhasar kepingian sanes adhedhasar kabetahan. Punika tembe prekawis kuliner dereng kepetang bab sandangan lan sanes-sanesipun. Ing jaman kepengker, GKJW pecah dados kalih antawisipun MA GKJW lan RPK amargi benten pemanggih bab tata ngrimat patunggilan ing satengahing penjajahan Jepang, samangke warga GKJW malah kapilah dados individu-individu amargi karuda-peksa dening kemajenganipun teknologi smartphone, ingkang ndadosaken saben tiyang rumaos repot kaliyan dirinipun piyambak. Menawi rumiyin tiyang GKJW dipun penging ngabekti lan maos Kitab Suci, samangke warga GKJW linangkung bingung nalika badhe miji ngabekti online ingkang badhe dipun dherek’i. Linubering informasi boten ateges nggampilaken para pitados, ananging malah ndadosaken para pitados punika kecalan cecepengan ngantos boten nyumerepi malih punapa ingkang kedah katindakaken lan pitutur pundi ingkang kedah dipun ugemi. Kakirangan lan kaluberan ingkang kalangkung-langkung sami-sami ngrisak iman kapitadosanipun sok sintena kemawon, malah ndadosaken crah lan bubrahing patunggilanipun para pitados. Tiyang setunggal lan satunggalipun sansaya boten peduli. Prekawis punika ndadosaken kesempatan tumraping para panindak culika. Kedadosan rampog utawi tabrakan ingkang nggegirisi tumrap ing satunggaling papan, malah dados hiburan tumraping para penonton Youtube ing pundi-pundia panggenan. Bab kepinginan sugih mawi cara ingkang gampil, sansaya nyebar dhateng sedaya tiyang, amargi panggudhaning pariwara sampun ngiming-iming saben tiyang. Kepalsuan sumebar kangge nutup-nutupi kakirangan. Meh sedaya tiyang kepengin tansah ketawis sampurna, mila lajeng sami repot dados tukang nutup-nutupi kacacatan supados citra diri tansah ketawis elok, ananging sejatosipun ndhelikaken pangraos minder, ndhelikaken utang ingkang ngantos matumpuk-tumpuk, ndhelikaken sedaya kegagalan dalah sedaya ka’alan ingkang dipun gadhahi. Kathah tiyang ingkang sami minginaken jabatan ingkang inggil, senajan ta kasagedanipun sarwa winates. Transaksi jabatan, transaksi ijasah, transaksi surat-surat ijin marak ing pundi-pundia papan, ingkang kedahipun nginggilaken martabat kamanungsan titahipun Gusti. Wondene ing tlatah ingkang taksih celak-celak ngriku mawon taksih kathah tiyang ingkang ngalami panyiksan tanpa angsal kawigatosan saking sok sintena kere kepeksa pados rejeki ing antawisipun wuwuh lan larahan ingkang sansaya numpuk. Bocah-bocah wadon lan nem-neman putri sami ka’adol kados dene sato kewan ingkang kabekta dhateng pajagalan, kanthi kecalan pangajeng-ajeng. Kathah lare ingkang kecalan kabingahan awit kaliputan pangraos ajrih awit saking tumindak KDRT dening tiyang sepuhipun piyambak utawi pembantu rumah tangga ingkang saweg stres amargi kinging tekanan batin lan pepinginan ingkang linangkung ageng. Sinten ingkang badhe peduli dhumateng para korban kalawau? Sinten ingkang ikhlas paring pambiyantu mangun pangajeng-ajeng ing salebeting manahipun? Punapa ingkang sampun katindakaken dening greja kangge nglipur lan nguwalaken tiyang-tiyang ingkang sedih kados mekaten? Inggih samangke punika wancinipun Yeremia-Yeremia modern lan Lukas-Lukas milenial martosaken pangajeng-ajeng nyata tumraping para kinasihipun Gusti punika. Mboten namung lumantar piwucal saking nginggiling mimbar, ananging ugi lumantar tumindak konkrit ingkang dipun lampahi pasamuwan ingkang sampun purun mujudaken karsanipun Gusti, tumrap tetiyang ingkang saweg keluwen, tumrap para tuna susila ingkang minginaken pamratobat, tumrap tetiyang ingkang ringkih lan mbetahaken kakiyatan. Samangke wancinipun GKJW ndherek ndandosi motivasi gesang ingkang sami kesasar. Samangke wancinipun GKJW gotong-royong kaliyan mawarni-warni lembaga, supados saged nyegah prekawis-prekawis ingkang saged tuwuh dados tragedi nasional. Pangajeng-ajeng lan iman kapitadosan perlu dipun wujudaken kanthi saestu, mboten namung dados bahan khotbah minangka perangan saking pagelaran liturgi kemawon. Kita mboten pareng malih ming ndamel pertunjukan ingkang namung kebak atraksi, ananging langkung kathah nindakaken tumindak luhur ingkang saestu migunani lan saged manggihaken warganing pasamuwan saha masyarakat kaliyan Sang Kristus piyambak. Inggih punika pangajeng-ajeng lan iman kapitadosan ingkang saestu saged nganyaraken motivasi, ndumugekaken inspirasi lan nuwuhaken tumindak luhur tumraping sesami. Panutup Samangke sampun boten prelu malih GKJW ngadhepi penjajah kados dene rumiyin, ananging samangke GKJW saweg ngadhepi kaca pangilon ingkang ndunungaken pasuryanipun piyambak. Sumangga sami dipun galih malih sapinten tanggel jawab kita tumrap ing gesang sesarengan kaliyan para ngasanes punika? Saged ugi salaminipun punika kita sampun rumaos sekeca lan repot anggenipun nggayuh tentrem kita piyambak-piyambak, matemah kesupen dhumateng kawontenan nyata ing sakiwa tengen kita. Punapa leres tumraping manah kita, bilih punika saestu wujuding pangajeng-pangajeng lan iman kapitadosan ingkang sejati? Aja-aja taksih kathah lan rumentep jejibahan ingkang kita selaki, mawi cara ngrimat pangimpen kothong ingkang saestunipun boten nate kita lampahi? Sumangga kita sami nglajengaken kapitadosan saha pangajeng-ajeng punika supados dados pawujudan nyata, awit ing ngriku anggenipun Sang Kristus sampun angantos-antos kula lan Panjenengan sedaya. Selajengipun kita mboten perlu mamang malih, amargi kita mesthi saged mrantasi sedaya prekawis punika kanthi tuntunan Sang Kristus piyambak, punapa punika badhe lumantar UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah, lumantar kelompok Nelayan, lumantar kelompok Tani, lumantar perkebunan kopi, lumantar kelompok kerja tanggul bencana ingkang saestu kita rimati, ugi saged lumantar kelompok PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, lumantar pamiadegipun lembaga anti-parudapeksa tumraping para lare, lumantar samudayaning kesempatan ingkang saged kita ginaaken kanthi kebak ing kaikhlasan saperlu kangge ngagengaken pangajeng-ajeng lan ngiyataken iman kapitadosanipun para titah kagunganipun Kang Mahaluhur. Amin. [CBPA]. Pamuji KPJ. 86 1 – 5 Mugi Sampun Anglangkungi
Persekutuan yang hidup adalah persekutuan yang bertumbuh dalam Kristus, persekutuan yang dibaharui oleh Roh Kudus. Ibarat sebuah tanaman yang tumbuh subur, pasti daunnya hijau segar. Tanaman itu bertumbuh baik karena dirawat dengan baik, disiram secara rutin, diberi pupuk, tanahnya digemburkan. Jika ada hama penganggu seperti rumput liar, kutu putih harus dibersihkan. Begitu juga dalam persekutuan, Roh Kudus memangkas hama – hama penganggu kebencian, dendam, irih hati, mau menang sendiri atau mau cari nama. Tanaman yang hidup dan bertumbuh dengan baik pasti akan menghasilkan bunga dan buah yang baik. Demikian halnya, persekutuan yang bertumbuh pasti menghasilkan buah yaitu karya – karya berkat bagi sesama dan bagi kemuliaan nama Tuhan. Kuasa yang memberi pertumbuhan bagi persekutuan adalah Allah sendiri dalam Roh Kudus. Persekutuan yang menjadi teladan bagi kita, sebagai persekutuan yang ideal adalah jemaat mula – mula sebagaimana terdapat dalam pembacaan kita, Kisah para rasul 241-47. Kita belajar dari pembacaan tadi dalam tema khotbah KUASA YANG MENUMBUHKAN. Kuasa yang menumbuhkan dalam jemaat mula – mula dimulai dari karya Roh Kudus yang menjamah setiap hati. Banyak orang menjadi percaya dan dibaptis. Ada pertumbuhan secara kuantitas dari segi jumlah. Semula berjumlah 12 murid di tambah beberapa perempuan dan keluarga Yesus, kemudian bertambah menjadi 120 orang lalu bertambah banyak lagi menjadi 3000 orang. Roh Kudus juga yang mempersatukan dan membangun. Jemaat mula – mula itu bertumbuh bukan saja secara kuantitas tapi juga secara kualitas. Mereka melakukan Tri Panggilan Gereja Bersaksi, Bersekutu dan Melayani. Bersaksi dilakukan melalui tugas para Rasul. Para Rasul berbicara tentang perbuatan – perbuatan besar Allah, mereka mengadakan banyak mujizat dan tanda. Bukan saja para Rasul yang bersaksi, jemaat mula – mula juga bersaksi melalui cara hidup mereka. Mereka disukai banyak orang dan tiap – tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka. Hari ini kita akan menyaksikan Peletakan 7 Batu Utama sebagai tanda dimulainya pekerjaan pembangunan Gedung Gereja baru di jemaat ini. Pembangunan Gereja Baru adalah sebuah kesempatan bagi jemaat untuk bersaksi tentang Tuhan. Maka bersaksilah sebagai jemaat yang sehati bekerja. Sidang Sinode adalah kesempatan bagi kita di Waropen untuk bersaksi tentang Tuhan. Jemaat – jemaat yang sedang membangun, panitia, klasis, pemerintah dan semua yang bekerja keras. Kita bekerja karena kita tahu bahwa Sidang ini adalah berkat bagi Waropen bukan beban. Maka bekerjalah dengan sukacita. Bersihkan hama – hama penganggu dari dalam diri seperti rasa malas, rasa acuh. Pangkas juga hama – hama penganggu dari luar yang membuat kita ragu dan pesimis, yang memecah bela kita dan buat kita tidak fokus menyambut berkat besar itu. Waktunya semakin dekat, iblis juga bekerja semakin keras. Maka hanya kuasa Roh Kudus saja yang dapat menumbuhkan. Jemaat mula – mula itu setia bersekutu. Mereka bertekun dalam pengajaran, mereka berkumpul tiap – tiap hari dalam Bait Allah, mereka berkumpul secara bergilir di rumah masing – masing untuk memecahkan roti dan berdoa. Mereka hidup rukun, makan bersama – sama dengan gembira dan tulus hati dan selalu memuji – muji Allah. Bertekun artinya rajin, giat, bersungguh-sungguh, dan disiplin. Jadi bukan pas ada waktu, bukan model pasang surut. Koinonia di dalam gereja bukan hanya sekedar orang berkumpul tetapi menjadi persekutuan orang-orang percaya yang dipersatukan karena meresponi anugerah keselamatan yang Allah berikan melalui Tuhan Yesus. Bagaimana dengan persekutuan kita sekarang? Adakah karena beban ekonomi kita lupa bersekutu? Jemaat mula – mula menjalankan panggilan berdiakonia dengan saling berbagi, menjual hak miliknya untuk menopang persekutuan, saling memperhatikan dan saling menolong. Setiap orang memiliki sikap murah hati dan bukan egois. Orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus tidak akan lagi mengganggap hal – hal dalam dunia ini terlalu berharga. Yang penting adalah kebersamaan dan bukan keuntungan yang bisa kita peroleh. Tuhan menghendaki kita saling berbagi, menopang untuk pekerjaan pembangunan dan untuk pekerjaan Tuhan. Kuasa yang menumbuhkan adalah kuasa dalam karya Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus memungkinkan kita semua bergandengan tangan bersama untuk mewujudkan damai sejahtera Allah. Tetap lakukan kebaikan dan menundukkan diri pada otoritas firman-Nya yang sanggup mengubah hati yang egois menjadi peduli pada orang lain. Hari ini Firman Tuhan mengingatkan kita. Berilah hidup dan persekutuan dibaharui oleh Roh Kudus. KuasaNya memberi pertumbuhan. Oleh kuasa Roh Kudus pembangunan Gereja Baru akan diselesaikan dan Sidang Sinode sukses di Waropen sebagai karya dan persembahan kita bagi kemuliaan nama Tuhan. Amin. Tuhan memberkati. Selamat Hari Minggu.
pdtsaneb juga mengingatkan bahwa kecenderungan orang membangun gedung gereja dimana-mana sealu hanya untuk mencari nama besar, cari pujian sehingga pekerjaan pembangunan tidak jarang dirundung konflik hingga berujung pada perpecahan karena itu mata jemaat maranatha harus menjadi contoh yang baik bagi jemaat-jemaat lain yakni harus menjadi Saudara-saudara, apakah salah jika kita membuat gedung gereja atau tempat persekutuan atau ruang ibadah kita menjadi lebih baik? Kelirukah kalau gedung gereja kita dibuat indah dan megah? Salah jugakah kalau gedung gereja kita sangat sederhana?Apakah kemudian pembangunan fisik gereja merupakan hakikat dari keinginan Allah bagi gereja kita? Pembangunan seperti apa sesungguhnya yang dirindukan Allah dalam gereja kita? Saudara-saudara, Allah menghendaki kita memperhatikan pembangunan gerejaNya. Pembangunan ini bukan hanya menyangkut pembangunan fisik gedung gereja tetapi lebih dan terutama pada pembangunan spritual jemaatNya. Saudara-saudara paling tidak ada dua sikap Allah terhadap pembangunan gereja. Yang pertama Allah membenci umat yang mengabaikan pembangunan baitNya. Saudara-saudara, kadang kita enggan mendukung pembangunan gereja karena berpendapat bahwa gereja bukanlah gedungnya tetapi gereja adalah orangnya’. Saudara-saudara, apakah benar kita tidak usah membangun gereja berdasarkan pandangan tersebut? apakah yang Allah mau sebenarnya? Saudara-saudara, Hagai adalah seorang Nabi Tuhan, yang diberi tugas menyampaikan isi hati Tuhan pada umatNya. Tugas Hagai secara khusus adalah untuk mendorong atau memotivasi umat untuk membangun bait Tuhan yang masih reruntuhan. Di ayat 16-18, Hagai mengajak umat melihat bagaimana pada masa lampau Allah menghukum mereka karena mereka mengabaikan pembangunan bait Tuhan. Kalimat “sebelum ditaruh batu demi batu untuk pembangunan bait Tuhan” menunjuk pada periode dimana pembangunan diabaikan. Allah menyindir mereka dengan keras di 14 “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang sudah dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?” Sikap umat yang mengabaikan pembangunan ini, membuat Tuhan menghukum mereka dengan hama, penyakit gandum serta hujan batu. Hal ini manghancurkan panenan mereka, sehingga mereka hanya memperoleh sedikit sekali. Dan Tuhan tidak melepaskan mereka, sampai mereka membangun baitNya. Saudara-saudara, mengapa bait Tuhan begitu penting bagi Allah untuk dibangun??? Dalam Habakuk 220 ditulis “tetapi Tuhan ada di dalam baitNya yang Kudus”, sehingga dapat dikatakan bahwa bait Tuhan adalah tempat Tuhan menyatakan diriNya, tempat dimana Tuhan dimuliakan. Sehingga pada hakekatnya pengabaian pembangunan bait Tuhan adalah pengabaian Tuhan sendiri. Di ayat 18 ditulis “namun kamu tidak berbalik kepadaKu”. Ayat ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian mereka pada bait Tuhan pada dasarnya karena mereka telah mengabaikan Tuhan. Hidup mereka tidak mengutamakan Tuhan lagi. Saudara-saudara, dalam PB, Paulus melengkapi makna bait Tuhan dengan mengatakan “tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah” dan juga berkata “tubuh adalah bait Roh Kudus”. Paulus melihat bahwa bait Tuhan tidak semata-mata sebuah bangunan fisik lagi tetapi pada hakekatnya adalah kehidupan umat Tuhan yang didalamnya Tuhan dinyatakan, kehidupan dimana Tuhan harus diutamakan. Saudara-saudara ingat kisah Ananias dan Safira. Ia memberi persembahan pada para rasul, bisa dikatakan mereka mendukung atau mensupport gereja waktu itu. Tetapi apa yang terjadi, mereka tidak jujur dihadapan Tuhan, hatinya terarah pada harta. Dan Tuhan akhirnya menghukum mereka. Demikian juga dengan Saul yang lebih mendengar suara rakyat dari pada suara Tuhan. Ia tidak membunuh beberapa hewan orang Amalek yang Tuhan perintahkan dengan dalih untuk mempersembahkannya pada Tuhan. Saul mengabaikan perintah Tuhan sehingga Tuhan murka padanya. Persoalan utama mereka bukanlah pada kontribusi mereka pada bait Tuhan atau gereja tetapi pada kehidupan yang tidak mengutamakan Tuhan. saudara-saudara, kalau kita mencermati pembakaran dan penghancuran gereja di Indonesia, tercatat bahwa sampai pada masa pemerintahan Gus Dur, gereja yang dibakar telah mencapai kurang lebih 1000 gereja. Saudara-saudara, di satu sisi kita akui bahwa hal ini merupakan penganiayaan terhadap gereja. Tetapi di sisi yang lain pembakaran gereja bisa saja merupakan suatu peringatan Tuhan atas gereja yang telah bergeser dari pertumbuhan sejati menjadi pertumbuhan fisik atau gedung semata. Kira-kira sama seperti Tuhan menyerahkan mereka ke tangan bangsa Babel karena mereka telah mengabaikan Tuhan. Hal ini bukan tanpa alasan melihat arah pergerakan gereja yang lebih konsentrasi dengan komunitas sendiri, gereja tidak lagi menyuarakan isi hati Tuhan yang sesungguhnya bagi bangsa ini. IKLAN Saudara-saudara, kita juga perlu waspada agar kita jangan sampai mengabaikan pembangunan bait Tuhan baik esensinya maupun secara fisik. Kita sebagai komunitas orang percaya perlu berhati-hati agar tidak terjebak pada pembangunan fisik semata dan melupakan pembangunan pribadi orang-orang dalam gereja untuk tetap tertuju pada Tuhan. Kita adalah hamba Tuhan yang nantinya berperan penting dalam gereja. Kita harus melatih diri untuk memperhatikan kehidupan jemaat agar tetap mengutamakan Tuhan dalam hidup mereka dan di sinilah tempat kita melatih diri. Saudara-saudara jangan abaikan rekan-rekan di sekeliling kita yang bergumul untuk membangun baitNya’, bantu rekan-rekan kita, dukung mereka. Mungkin mereka bergumul tentang firman Tuhan, atau ketika mereka melakukan kesalahan atau dosa bantu dia untuk kembali bangun persekutuan dengan Tuhan. Mungkin mereka berduka, kesulitan keuangan, mulai undur dan meragukan panggilan. Saudara-saudara, jangan abaikan mereka, dukung mereka dalam doa, kuatkan mereka. Tanyakan “apa yang menghambatnya dalam pembangunan bait Tuhan?” dan tolonglah mereka untuk tetap utamakan Tuhan. Saudara-saudara, pembangunan hidup sebagai bait Tuhan bukan berarti mengabaikan pembangunan fisik juga. Kita perlu untuk membangun bait Tuhan atau tempat ibadah secara fisik. Jangan mengabaikan pembangunan di gereja atau di pos pelayanan SM, berkontribusilah! Mendoakan, mendukung dana. Juga terlibat aktif dalam pemeliharaannya. Misalnya melihat sampah berserakan di gereja atau pos pelayanan, bangku-bangku SM yang berdebu, bersihkanlah. Meski ini tugas yang sederhana tetapi Tuhan mau kita jangan mengabaikannya. Sikap Allah yang kedua Allah memberkati orang yang membangun baitNya. saudara-saudara ketika kita taat dan memperhatikan pembangunan bait Tuhan, maka Allah akan memberkati kita dan bersungguh-sungguh terlibat di dalamnya. Saudara-saudara, di bagian yang kita baca ay 19-20. Di sana dinyatakan bahwa pada hari Israel mulai membangun, pada saat itu Tuhan memberkati mereka. “apakah benih masih tersimpan dalam lumbung?” Merupakan suatu pertanyaan untuk mengarahkan Israel untuk melihat benih yang mereka telah tanam, yang tidak lagi dalam lumbung beberapa bulan lagi akan dipanen. Demikian juga “apakah pohon anggur, ara, delima dan zaitun belum berbuah?” Hagai mengajak mereka melihat ke depan memandang berkat Tuhan yang menanti. Tak ada lagi hama, tak ada lagi hujan batu, tak ada lagi kutukan, pohon-pohon ini akan menghasilkan buah. Allah meyakinkan mereka bahwa panen tahun ini akan berlimpah. Allah sedang memberkati mereka. Panen mendatang adalah panen yang penuh dengan kelimpahan. Allah memberkati mereka karena mereka berbalik kepada Allah dan memperhatikan pembangunan baitNya. Saudara-saudara ketika bait suci dibangun pada zaman Ezra, Allah begitu memberkati orang-orang yang membangunnya. Pembangunan ini coba dihambat oleh musuh Israel tetapi Allah campur tangan. Ia memakai Koresh dan Darius untuk menjadi berkat untuk Israel menyelesaikan pembangunan bait Tuhan. Saudara-saudara, demikian juga dengan jemaat mula-mula. Mereka sungguh-sungguh memperhatikan pembangunan bait Tuhan, dalam arti umat Tuhan. Allah memberkati mereka dengan menambahkan terus jumlah mereka dengan orang-orang percaya bahkan menggerakkan orang-orang untuk memberi persembahan mendukung gereja Tuhan waktu itu. Saudara-saudara jelas bahwa Allah memberkati orang yang membangun baitNya. Saudara-saudara, Alkitab telah menunjukkan bahwa ketika orang-orang percaya rindu dan terlibat dalam pembangunan bait Tuhan atau gereja Tuhan, baik secara fisik dan terutama spiritual maka berkat Allah dicurahkan atas mereka. marilah kita sungguh-sungguh memperhatikan pembangunan bait Tuhan. Perhatikanlah gereja atau persekutuan tempat kita melayani sisi manakah yang perlu kita ubah, mana yang perlu dikembangkan. Misalnya kondisi fisiknya, dengan berusaha menjadikan tempat ibadah kita bersih, nyaman memuji Tuhan, saya pikir orang akan senang beribadah di gereja tersebut. Saudara coba perhatikan gereja-gereja dengan jumlah jemaat yang besar, maka saudara akan melihat bahwa gereja tersebut pada satu sisi adalah gereja yang nyaman lingkungannya, bersih, megah, indah sehingga orang senang beribadah di sana. Hal ini tentu saja menjadi tantangan buat kita untuk memperhatikan sungguh-sungguh kondisi fisik gereja kita. Bukan itu saja, saudara-saudara, kita juga perlu memperhatikan kehidupan jemaat sebagai bait Tuhan. Saudara-saudara memang bukalah hal yang mudah kehidupan spiritual jemaat atau anak SM yang kita layani, kita harus memberi waktu untuk komunikasi dengan mereka untuk sungguh-sungguh memahami pergumulannya, berdoa bagi dia dan bahkan tidak jarang harus mengeluarkan uang pribadi untuk kepentingan mereka, membeli renungan harian atau buku-buku rohani yang dapat menolong mereka untuk membangun hidup kerohanian mereka. Tidak mudah saudara. Tetapi percayalah berkat Allah sedang dicurahkan atas kita. Tuhan melihat kesungguhan dan perhatian kita dan Ia memberkati kita. Penutup Saudara-saudara, esensi pembangunan gereja Tuhan adalah pembangunan hidup kita yang mengutamakan Tuhan, tetapi tentu saja tidak mengabaikan pembangunan fisik gereja tempat kita beribadah. Allah akan membenci orang yang mengabaikan pembangunan gerejaNya sebaliknya memberkati orang yang terlibat dalam pembangunan itu. Ketika pembangunan baitNya kita sungguh gumuli, perhatikan dan lakukan maka berkat Allah akan dinyatakan bagi kita seperti janjiNya “Aku akan memberi berkat”. Amin.RENCANAPEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA DR MANSYUR 22. MINGGU 09 NOPEMBER 2014 KETUA DAERAH KETUA SIDANG Pdt MARBUN 23. KisahParaRasul 2 42. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 24. TERIMA KASIHJakarta - Majelis Jemaat dan jemaat Gereja GPIB Pelita Jakarta menyampaikan rasa terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan beserta Wakil Gubernur Wagub, Ahmad Riza Patria karena telah menyalurkan bantuan sosial melalui dana hibah Bantuan Operasional Tempat Ibadah BOTI.“Setelah 40 tahun menunggu dan beberapa kali ketua Majelis Jemaat berganti, Puji Tuhan baru di bawah kepemimpinan Anies, GPIB Pelita Jakarta mendapatkan BOTI, Izin Prinsip dan IMB. Terima kasih, Pak,” kata Pelaksana Harian Majelis Jemaat PHMJ GPIB Jemaat Pelita Jakarta, Sarah Tahitu Hengkesa di Balai Kota DKI, Ahad, 16 Oktober Prinsip dan Izin Mendirikan Bangunan IMB, kata dia, juga telah diterbitkan. “Pembangunan gedung gereja GPIB Pelita Jakarta yang berkantor di Jalan Pelita, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur dapat dilaksanakan,” Tahitu mengatakan, pembangunan gedung gereja merupakan hasil dari penantian panjang sejak GPIB Pelita Jakarta dilembagakan pada 24 Oktober Sarah, pembangunan gedung gereja GPIB Pelita Jakarta yang dimulai sejak 30 Agustus 2022 lalu sedang berlangsung dan diharapkan selesai pada 2023 mendatang.“Terima kasih Pak Gubernur dan Pak Wagub yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pembangunan gedung gereja GPBI Jemaat Pelita. Kami ucapkan sehat dan sukses selalu buat bapak," KJMU terima kasih ke AniesSelain Sarah, para penerima manfaat Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul KJMU turut menyampaikan apresiasinya kepada Anies dan Riza Salah satu alumni UPN Veteran Jakarta, Jessica Rachel mengatakan bahwa dirinya sangat merasakan manfaat KJMU. Berkat KJMU, kata dia, ia tidak mengeluarkan biaya pendidikan mulai awal hingga lulus kuliah.“Alhamdulillah saya mendapatkan bantuan KJMU yang di mana saya tidak membayar UKT sepeser pun dari awal saya kuliah sampai saya bisa lulus Ilmu Keperawatan,” kata Jessica.“Semoga kami dapat berkontribusi kepada masyarakat Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menerima bantuan tersebut,” YUANTISYABaca juga Pengurus Gereja Sebut Anggapan Anies Baswedan Sosok Intoleran Keliru
- ጹугубегл փ ηе
- Οтխծопոйу хумыщωպαլը
- Едрቴχ իμխֆеሕፕγኝ ջυሄизюкл
- Хուдаዷ б уμупоξեп ዚас
- Αγаጽяցиበխς և аዋиж цуπаξοсоςи
- Екрեռ λеվубቢ емըցе
Kitatentu rindu dengan pembangunan dan pengembangan gereja, kemuliaan TUHAN sungguh-sungguh kita rasakan. Kita membangun dan mengembangkan gereja tentu untuk kemuliaan TUHAN. Bukan untuk kemuliaan Majelis Jemaat, para penatua, Panitia Pembangunan, atau warga GKI Samanhudi. Tapi kita rindu, semua ini untuk kemuliaan TUHAN!Pekerjaangedung gereja Exodus, dimulai dengan tahap demi tahap sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang terjangkau. semoga Tuhan selalu memberikan berkat ba
YONASMALIBELLA ketua panitia pembangunan gedung gereja Baru jemaat ekklesia klasaman bersama semua anggota panitia mengucapkan syukur dan terimah kasih lewat pertolongan Tangan Tuhan dan juga atas bantuan semua Donatur dari jemaat maupun pemerintah daerah gedung Gereja yang megah ini sudah bisa terselesai , dan hari ini juga diresmikan sejalan dengan injil masuk ketanah moi sudah 89 tahun.
Pembangunangedung gereja berukuran 27 X 15 meter ini didukung oleh para tukang lokal yang telah dilatih khusus oleh tenaga ahli dari Unwira dan IAI-NTT. Gedung gereja ini membutuhkan biaya kurang lebih 500 Juta Rupiah.
Gerejajuga adalah tempat orang-orang disembuhkan dari berbagai penyakit. Salomo adalah raja yang membangun Bait Allah di Yerusalem. Rumah Allah itu sungguh luar biasa. Ketika pentahbisan bait Allah, hadirat Allah turun sampai imam-imam tidak tahan berdiri. Jadi Rumah Allah adalah tempat kemuliaan Allah, tempat kuasa Allah dinyatakan.
BegitupulaBakal Jemaat "Bukit Zaitun", yang bersama-sama bekerja keras menyelesaikan pembangunan gedung gereja hanya kurang lebih 2 tahun. Pencapaian hari ini merupakan bukti sejarah bahwa sinergisitas warga jemaat, masyarakat setempat, bersama para pendeta sangat menentukan terlaksananya pekerjaan Tuhan yang baik di tanah Borneo. 6id2.